4 Hewan yang Paling Banyak Menyebarkan Virus Rabies di Dunia

PENAKUIS.COM – Walaupun rabies bisa menyerang hampir semua mamalia, ada spesies tertentu yang lebih rentan menjadi penyebar utama penyakit ini. Hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, rakun, dan rubah sering kali diidentifikasi sebagai vektor rabies, terutama karena kontak mereka dengan manusia serta kebiasaan menggigit saat merasa terganggu atau terancam.

Mengerti jenis hewan yang memiliki risiko tinggi membawa virus rabies sangatlah penting untuk langkah pencegahan dan tindakan dini. Memperhatikan gejala infeksi seperti perubahan perilaku yang tiba-tiba, peningkatan agresivitas, produksi air liur berlebihan, serta kesulitan menelan dapat membantu mendeteksi apakah seekor hewan kemungkinan terinfeksi.

Melalui upaya pencegahan yang cermat, seperti vaksinasi dan menghindari interaksi dengan hewan liar yang tampak mencurigakan, risiko penularan rabies bisa ditekan secara signifikan. Berikut adalah empat jenis hewan yang dikenal sebagai penyebar virus rabies utama di dunia, berdasarkan sumber dari a-z-animals.com pada Senin (10/2/2025).

1. Sigung

Jumlah kasus rabies yang ditularkan oleh sigung hampir setara dengan kasus yang melibatkan rakun dan kelelawar, yakni sekitar 25% dari total keseluruhan.

Gejala sigung yang terinfeksi rabies mencakup kesulitan bergerak, keluarnya busa dari mulut, pernapasan yang berat, dan sifat agresif yang tidak biasa. Meskipun sigung jarang terlihat aktif di siang hari, aktivitas tersebut tidak selalu menjadi penanda bahwa hewan ini mengidap rabies, sehingga pengamatan akan perilaku aneh dan aktivitasnya tetap diperlukan.

Namun, penting diingat bahwa meskipun gejala-gejala ini bisa menggambarkan adanya masalah, tidak semua sigung yang menunjukkan tanda-tanda tersebut pasti terinfeksi rabies. Satu-satunya cara untuk memastikan secara akurat adalah melalui pemeriksaan otopsi.

Jika Anda menduga bahwa sigung yang dijumpai terinfeksi rabies, hindari kontak langsung dan segera hubungi otoritas satwa liar setempat agar dapat ditangani dengan aman.

2. Rakun

Rakun menyumbang sekitar 30 hingga 40 persen dari total kasus rabies. Mengenali rakun yang terinfeksi biasanya cukup mudah karena adanya perubahan perilaku yang drastis.

Secara alami, rakun merupakan hewan pemalu yang cenderung menjaga jarak dari manusia. Namun, rakun dengan rabies mungkin bersikap berbeda, bahkan tampak lebih ramah terhadap manusia, khususnya dalam situasi di mana terjadi interaksi terkait makanan.

Tanda-tanda infeksi meliputi disorientasi, tampilan tubuh yang sakit, atau adanya busa di mulut. Ketika penyakit ini berkembang lebih jauh, mereka bisa mengalami kesulitan bergerak, bernapas, dan kehilangan keseimbangan secara signifikan.

3. Kelelawar

Kelelawar adalah salah satu pembawa virus rabies paling berbahaya dan penyebab utama kematian akibat rabies pada manusia di Amerika Serikat, menurut data dari Pusat Pengendalian Penyakit (CDC). Virus rabies yang ditularkan kelelawar ditemukan di 49 negara bagian daratan Amerika, dengan Hawaii menjadi satu-satunya wilayah yang bebas dari penyakit ini.

Berbeda dengan rakun, mendeteksi gejala rabies pada kelelawar cenderung lebih sulit. Namun, aktivitas kelelawar di siang hari atau kesulitan mereka dalam terbang bisa menjadi tanda bahwa hewan tersebut terinfeksi.

Karena risiko tinggi yang ditimbulkannya bagi manusia, penting untuk segera mencari bantuan medis jika ada kemungkinan kontak dengan kelelawar—meskipun hanya dugaan. Kelelawar merupakan ancaman serius terkait penyebaran virus rabies dengan konsekuensi fatal jika terlambat ditangani.

4. Rubah

Meskipun rubah tidak sepopular rakun, sigung, atau kelelawar sebagai vektor utama penyakit rabies, mereka tetap menjadi salah satu pembawa virus ini yang besar perannya dalam penyebaran kasus infeksi.

Tanda-tanda infeksi pada rubah mirip dengan gejala rabies pada sigung dan rakun. Beberapa indikasi tersebut meliputi produksi air liur berlebihan atau mulut berbusa, gerakan tubuh yang kaku, perilaku yang tidak wajar, napas tersengal-sengal, dan munculnya agresi mendadak serta ekstrem.

Rubah yang terinfeksi cenderung menjadi sangat agresif dalam waktu singkat. Oleh karena itu, penting untuk menghindari kontak langsung dengan hewan tersebut atau mencoba memberikan bantuan secara mandiri.

Hingga saat ini, belum ada obat efektif untuk rabies pada hewan. Langkah terbaik adalah segera menghubungi otoritas yang bertanggung jawab atas satwa liar agar mereka dapat menanganinya dengan aman dan profesional.

Baca Juga : Tidak hanya beruang, hewan-hewan lain pun menjalani tidur panjang di musim dingin


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *