5 Kuda Laut Menarik yang Menghuni Perairan Indonesia, Ragamnya Memukau!

PENAKUIS.COM – Kuda laut merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki keunikan bentuk tubuh yang tak menyerupai ikan pada umumnya. Dengan ekor prehensil yang kuat, ia mampu mencengkeram karang atau benda-benda lain di sekitar habitatnya. Cara berenangnya pun istimewa, menyerupai gerakan lari kuda. Kekhasan fisik dan kebiasaannya inilah yang menjadi asal muasal nama “kuda laut.”

Hewan unik ini tersebar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kehadiran kuda laut di perairan Indonesia tak mengejutkan mengingat lautan nusantara masih relatif asri dengan banyak ekosistem terumbu karang yang cocok sebagai habitatnya. Di Indonesia, terdapat beberapa spesies kuda laut yang menarik, seperti kuda laut kerdil, kuda laut umum, kuda laut berduri, kuda laut kerdil pontoh, dan kuda laut kerdil denise. Setiap spesies memiliki karakteristik fisik, kebiasaan, pola makan, dan perilaku yang membedakannya.

1. Kuda Laut Berduri

Hippocampus histrix atau kuda laut berduri memiliki ciri khas duri-duri yang mencolok di kepala, tubuh, hingga ekornya, menurut penjelasan dari iNaturalist. Meskipun duri-durinya terlihat tajam, mereka tidak berbahaya bagi manusia. Sebaliknya, duri-duri ini berfungsi sebagai alat kamuflase yang efektif di habitat terumbu karang. Ukuran kuda laut berduri cukup besar, yaitu antara 15 hingga 17 cm panjangnya.

Sayangnya, populasi spesies ini mulai menurun akibat kerusakan habitat dan perburuan liar. Dalam kurun waktu 10-15 tahun terakhir saja, jumlahnya telah berkurang hingga 30 persen. Atas dasar ini, IUCN Red List kini memasukkan kuda laut berduri ke dalam kategori rentan (vulnerable). Jika upaya konservasi tidak dilakukan secara serius, ada kemungkinan spesies ini bisa punah dalam waktu dekat.

2. Kuda Laut Kerdil

Hippocampus bargibanti, spesies kuda laut kerdil pertama yang ditemukan, hadir dengan cerita penemuan yang menarik sebagaimana dijelaskan oleh Ocean Real Images. Pada awalnya, seorang ilmuwan bernama Georges Bargibant sedang mengamati karang dari genus Muricella ketika ia menyadari keberadaan hewan kecil tak terduga kuda laut mini ini. Akibat penemuan tersebut, pada tahun 1970 Bargibant mendeskripsikan dan memberi nama pada spesies dengan panjang tubuh hanya sekitar 2 cm ini.

Tidak hanya penemuannya yang mencuri perhatian, ciri fisik kuda laut ini juga mengesankan. Tubuhnya kecil tetapi berbentuk membulat serta dihiasi tonjolan-tonjolan yang mencolok. Warna dasar tubuhnya putih dengan warna tonjolan yang cerah seperti jingga, merah muda, dan kemerahan. Dengan bentuk dan warna seperti itu, ia mampu berkamuflase dengan baik di sekitar terumbu karang. Habitatnya cukup luas dan meliputi wilayah seperti Jepang, Australia, Indonesia, hingga Kaledonia Baru.

3. Kuda Laut Kerdil Pontoh

Hippocampus pontohi atau kuda laut kerdil pontoh adalah salah satu spesies terkecil dengan panjang maksimal sekitar 1,7 cm, menurut penjelasan dari Animalia. Nama ilmiah spesies ini diambil dari Hentje Pontoh, seorang pemandu wisata asal Manado yang pertama kali mengenalkan keberadaannya. Penyebaran hewan mungil ini cukup terbatas karena hanya ditemukan di perairan Indo-Pasifik, termasuk Indonesia dan Papua Nugini.

Meskipun ukurannya mini, kuda laut pontoh adalah hewan karnivora. Makanan utamanya meliputi krustasea kecil dan plankton. Namun jangan bayangkan ia sebagai predator ganas; kuda laut ini tidak memiliki gigi tajam ataupun kemampuan berburu yang cepat. Justru ia lebih sering terlihat terikat di terumbu karang dengan bantuan ekornya dan tampil imut alih-alih menakutkan. Hewan ini sama sekali tidak menimbulkan risiko bagi manusia dan lebih menyentuh hati karena keunikannya.

4. Kuda Laut Biasa

Menurut informasi dari Animal Diversity Web, Hippocampus kuda, yang lebih dikenal sebagai kuda laut biasa, umumnya ditemukan di perairan dangkal dengan kedalaman 0 hingga 8 meter. Hewan ini jarang berenang ke laut dalam, meskipun sesekali dapat ditemukan hingga kedalaman 55 meter. Habitatnya cukup beragam, mencakup pesisir pantai, perairan dangkal, hutan bakau, terumbu karang, hingga dasar laut berpasir. Dengan panjang tubuh maksimal sekitar 17 centimeter, kuda laut ini cukup mudah dikenali dan ditemukan di berbagai lokasi.

Tidak hanya di Indonesia, kuda laut biasa juga bisa dijumpai di berbagai wilayah lain seperti Australia, Jepang, Kepulauan Pasifik, Hawaii, dan Afrika. Karena habitatnya yang luas dan kemudahan untuk menemukannya, kuda laut biasa sering menjadi target tangkapan manusia. Tujuannya umumnya terbagi menjadi dua: pengobatan tradisional atau sebagai hewan peliharaan. Khusus di Cina, kuda laut ini sering digunakan dalam praktik pengobatan. Sementara itu, karena warnanya yang menarik, banyak penggemar hewan memilih untuk menjadikannya peliharaan.

5. Kuda Laut Kerdil Denise

Informasi dari Britannica menyebutkan bahwa kuda laut yang memiliki nama ilmiah *Hippocampus denise* ini dapat ditemukan di kawasan Pasifik, mulai dari Vanuatu hingga Indonesia. Salah satu keistimewaan kuda laut kerdil denise adalah kemampuan kamuflase adaptifnya, yakni dapat mengubah warna tubuhnya sesuai dengan lokasi di mana ia berada. Kemampuan ini membuat hewan dengan panjang hanya 2 centimeter menjadi sangat sulit untuk dideteksi. Sayangnya, keberadaan spesies ini cukup sulit ditemui, dan data mengenai populasinya masih sangat terbatas. Oleh karena itu, ia masuk dalam kategori *data deficient* dan dilarang diperdagangkan secara bebas. Spesies ini juga tercatat dalam daftar Appendix II untuk perlindungan lebih lanjut.

Perairan Indonesia kaya akan keanekaragaman makhluk unik, salah satunya adalah kuda laut. Setiap spesies yang ada memiliki keunikan masing-masing mulai dari kemampuan mengubah warna, ukuran tubuh yang sangat kecil, hingga bentuk tubuh yang khas. Meski tampaknya jumlah mereka di alam masih cukup banyak, kenyataan menunjukkan beberapa spesies justru semakin sulit ditemukan dengan populasi yang terus menurun. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk tidak mengeksploitasi kuda laut demi kepentingan pribadi agar kelestarian mereka tetap terjaga.

Baca Juga : 5 Hewan Laut Pemangsa Karang: Ancaman Tersembunyi bagi Ekosistem


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *