PENAKUIS.COM – Kita sering melihat burung dalam keseharian kita, dari pegunungan tinggi hingga dataran rendah yang panas, seperti gurun. Di taman-taman perkotaan atau bukit-bukit pedesaan, suara kicauan burung yang merdu memenuhi udara, terutama di pagi hari.
Beberapa burung yang dikenal dengan kicauannya yang nyaring antara lain murai batu, cucak hijau, kenari, love bird, jalak bali, hingga pleci. Di mana pun kita melihat atau mendengarnya, burung-burung kecil berbulu ini selalu mampu menyajikan pertunjukan nyanyian yang sempurna.
Layaknya manusia yang menggunakan suara untuk berkomunikasi, burung juga mengeluarkan suara untuk menyampaikan pesan kepada sesama jenisnya. Namun, mengapa suara yang dikeluarkan manusia, baik saat bernyanyi maupun berbicara, tidak bisa sekeras suara burung? Jawabannya terletak pada struktur anatomi suara mereka.
Anatomi Bernyanyi Burung
Menurut informasi dari Arizona State University (ASU) yang dipublikasikan pada 19 Oktober 2023, burung memiliki dua kotak suara, atau yang disebut syrinx, sementara manusia hanya memiliki satu kotak suara, yaitu laring. Keberadaan dua kotak suara ini memungkinkan burung untuk menghasilkan lebih dari satu nada secara bersamaan, seperti memainkan dua alat musik sekaligus.
Selain itu, mirip dengan manusia yang menggunakan kotak suara untuk berbicara dan bernyanyi, burung juga memiliki dua jenis vokalisasi: satu untuk bernyanyi dan yang lainnya untuk berseru. Kedua jenis suara ini dihasilkan melalui syrinx dan digunakan untuk berkomunikasi dengan burung lainnya.
Kicauan nyaring burung berfungsi sebagai alat komunikasi dengan spesies lain. Dalam banyak kasus, burung berkicau untuk menarik perhatian pasangan, sementara di kasus lain, kicauan tersebut menandakan bahwa suatu wilayah adalah milik mereka. Suara yang mereka hasilkan juga bisa digunakan untuk menunjukkan aktivitas harian seperti mencari makanan atau mengingatkan burung lain tentang adanya predator di sekitar.
Setiap Burung Memiliki Suara yang Unik
Seperti yang dijelaskan dalam artikel oleh Pierre Deviche, David Pearson, dan C. J. Kazilek, burung memiliki sejumlah kesamaan dengan manusia. Ketika kita berjumpa dengan seseorang dari negara lain, seringkali kita dapat mendengar perbedaan aksen meskipun mereka menggunakan bahasa yang sama. Hal ini terjadi karena setiap orang memiliki dialek yang berbeda. Begitu pula dengan burung, setiap spesies memiliki dialek yang membuat suara mereka bervariasi tergantung pada daerah tempat tinggalnya.
Menariknya, burung yang tinggal berdekatan pun seringkali memiliki suara nyanyian dan panggilan yang berbeda. Misalnya, burung pipit Mahkota Putih ternyata memiliki variasi suara yang unik.
Para ahli biologi dan pengamat burung dari ASU telah mengumpulkan berbagai rekaman suara burung, sonogram, dan gambar-gambarnya. Mereka menciptakan sebuah “kandang burung virtual” yang berfungsi sebagai media untuk mengeksplorasi beragam jenis burung beserta kicauannya. Inisiatif ini menunjukkan betapa teknologi digital dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mempelajari burung-burung yang biasa ditemui di alam liar.
Baca Juga : Kura-Kura Galapagos: Dari Ambang Kepunahan Menuju Penyelamatan Ekosistem
Tinggalkan Balasan