Penasaran Bintang Laut Bisa Dimakan? Ini Penjelasan dan Dampaknya!

PENAKUIS.COM – Bintang laut atau dikenal sebagai sea star adalah hewan laut yang eksotis, sering terlihat di perairan dangkal di berbagai wilayah di dunia. Dengan bentuk simetris dan warna mencolok, bintang laut menjadi daya tarik bagi para penyelam serta pecinta biota laut. Namun, muncul pertanyaan menarik: apakah bintang laut bisa dimakan?

Walaupun bintang laut bukanlah sumber makanan laut yang umum seperti udang atau cumi-cumi, beberapa budaya ternyata mengonsumsinya. Sebelum benar-benar mempertimbangkan untuk mencicipi bintang laut, ada baiknya kamu memahami kandungan nutrisi, cita rasa, potensi risikonya terhadap kesehatan, serta dampaknya terhadap ekosistem laut.

1. Konsumsi bintang laut dalam budaya tertentu

Bintang laut tak sepopuler makanan laut lainnya, tetapi di sejumlah negara, hewan ini dikonsumsi sebagai bagian dari tradisi kuliner lokal. Di China misalnya, bintang laut sering dijual sebagai camilan jalanan, terutama di pasar malam kota-kota besar seperti Beijing. Biasanya, bintang laut ditusuk dan digoreng sebelum disajikan. Di Jepang, bintang laut tidak secara luas dikonsumsi, meski ada daerah tertentu yang menjadikannya hidangan khas musiman.

Selain Asia, beberapa negara kepulauan di Pasifik juga diketahui mengonsumsi bintang laut dalam jumlah terbatas. Konsumsinya umumnya bersifat eksperimental karena hanya spesies tertentu yang dianggap aman dimakan. Cara pengolahannya pun sangat penting untuk menghindari risiko kesehatan.

2. Rasa dan tekstur unik bintang laut

Bagaimana rasanya bintang laut jika dimakan? Banyak yang menyebut rasanya sulit didefinisikan. Dagingnya memiliki tekstur menyerupai pasta atau mousse dengan rasa agak amis dan sedikit pahit. Bagian yang paling sering dikonsumsi adalah organ reproduksi (gonad) yang terdapat di lengan bintang laut.

Namun, rasa ini bukanlah untuk semua orang. Banyak orang yang pernah mencobanya mengaku tidak menemukan kenikmatan dalam bintang laut sebagai hidangan. Teksturnya yang asing serta proses pengolahan yang tidak sederhana membuat hewan ini jarang dipandang sebagai pilihan utama dalam kuliner.

3. Risiko kesehatan yang perlu dipertimbangkan

Mengonsumsi bintang laut tidak lepas dari risiko kesehatan. Beberapa spesies diketahui mengandung senyawa toksik, seperti tetrodotoxin, yang dapat membahayakan manusia. Senyawa semacam itu juga ditemukan pada ikan buntal (pufferfish). Jika tidak diolah dengan benar, konsumsi bintang laut dapat menyebabkan mual, muntah, atau bahkan keracunan serius.

Tubuh manusia tidak sepenuhnya dirancang untuk mencerna zat kimia tertentu yang mungkin ada dalam bintang laut. Oleh karena itu, sangat penting memastikan bintang laut berasal dari perairan bersih tanpa kontaminasi logam berat atau limbah berbahaya. Hindari mengonsumsi secara sembarangan tanpa pemahaman spesifik tentang jenisnya.

4. Dampak konsumsi terhadap ekosistem laut

Selain risiko kesehatan, penting juga mempertimbangkan dampak lingkungan akibat konsumsi bintang laut. Hewan ini memiliki peran penting sebagai predator alami di ekosistem laut, membantu mengontrol populasi kerang dan remis. Pengurangan jumlah bintang laut secara tidak bijak dapat mengganggu keseimbangan ekosistem terumbu karang.

Dengan tren wisata kuliner ekstrem yang semakin populer, eksploitasi hewan-hewan unik seperti bintang laut dapat meningkat demi keuntungan jangka pendek. Kondisi ini berpotensi merusak kelestarian ekosistem laut yang sensitif.

Jadi, apakah bintang laut layak dimakan? Secara teknis memang bisa, terutama dalam budaya tertentu. Namun, ada banyak alasan untuk berpikir dua kali: risikonya bagi kesehatan manusia, tantangan rasanya yang tidak umum, hingga dampaknya terhadap lingkungan. Sebagai pecinta biota laut, menikmati keindahan bintang laut di habitat aslinya mungkin jauh lebih bijak daripada menjadikannya menu santapanmu.

Baca Juga : 5 Fakta Menarik tentang Cara Bintang Laut Memakan Mangsa


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *